Pengertian Pengembangan
Organisasi
Pengembangan Organisasi merupakan program
yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan
keinginan individu akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan
keorganisasian.
Alasan akan pentingnya pengembangan
Organisasi :
- Perubahan adalah pertanda kehidupan
- Perubahan memberikan harapan
- Pengembangan merupakan tanggapan atas perubahan
- Pengembangan merupakan usaha untuk menyesuaikan dengan hal baru
Semua organisasi harus berubah karena
adanya tekanan di dalam lingkungan internal maupun eksternal. Walaupun
perubahan yang terjadi lebih pada lingkungan, namun pada umumnya menuntut
perubahan lebih pada organisasional, dan organisasi-organisasi bisa melakukan lebih
banyak perubahan ataupun lebih sedikit. Organisasi-organisasi bisa merubah
tujuan dan strategi-strategi, teknologi, desain pekerjaan, struktur,
proses-proses, dan orang.
Perubahan-perubahan pada orang senantiasa mendampingi perubahan-perubahan
pada faktor-faktor yang lain. Proses perubahan pada umumnya mencakup sikap dan
perilaku saat ini yang siknifikan. perubahan-perubahannya dan akhirnya
kepemilikan sikap dan perilaku yang baru.
Sejumlah isu-isu kunci dan problem harus dihadapi selama dalam proses perubahan
umum.
Pertama adalah, diagnosis yang akurat mengenai situasi dan kondisi saat ini.
Pertama adalah, diagnosis yang akurat mengenai situasi dan kondisi saat ini.
Kedua adalah, penolakan yang ditimbulkan oleh adanya perubahan.
Ketiga adalah, isu pelaksanaan evaluasi yang memadai dari usaha perubahan
yang
sukses.
sukses.
Diagnosis masalah adalah menganalisa sebab
akibat dari masalah dan menghimpun berbagai alternatif pemecahan masalah untuk
selanjutnya di lakukan pemilihan solusi terbaik untuk penyelesaian masalah.
A. Masalah Di Tingkat Individu.
1. Sikap
Sikap merupakan pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun tidak
tentang suatu obyek atau peristiwa. Seseorang dapat mempunyai ribuan sikap,
tetapi perilaku organissi hanya memfokuskan diri pada sikap yang berkaitan
dengan pekerjaan yang meliputi kepuasan kerja, keterlibatan kerja dan komitmen
organisasi (Stephen P Robins, 2002:35).
Berdasar diagnosis penulis di lokasi kajian yang menjadi masalah adalah
kepuasan kerja terutama dalam hal kesejahteraan dan promosi jabatan.
2. Kepribadian
Kepribadian merupakan bentuk sifat-sifat yang dapat diukur dan
diperlihatkan seseorang dalam bereaksi dan berintegrasi dengan orang lain
(Stephen P. Robins, 2001:50).
Kepribadian individu dalam organisasi berbeda-beda begitu pula
pekerjaannya, beberapa upaya telah dilakukan untuk menyesuaikan kepribadian
yang tepat untuk pekerjaan yang tepat. Di organisasi kajian tidak penulis
temukan masalah serius dalam hal kepribadian ini.
3. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan,
dengan kata lain individu yang berbeda dapaat melihat hal yang sama tetapi
memahaminya secara berbeda (Stephen P Robins, 2002:46).
Perbedaan persepsi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
karakteristik individu, faktor situasional, kebutuhan, perasaan dan emosi serta
atribusi (Gibson, Ivancevich, Donelly, 1996:140). Dalam konsep yang ideal
bagaimana diupayakan persepsi individu yang sama atau minimal sama, karena
perbedaan yang tajam akan berakibat buruk yaitu ketika individu mempunyai
pemahaman yang berbeda terhadap suatu pekerjaan atau situasi organisasi yang
seharusnya/realitas. Akibat terburuk dari distorsi persepsi adalah menurunnya
produktivitas dengan diwarnai oleh kemangkiran bahkan keluarnya individu dari
organisasi.
Di lokasi kajian ditemukan adanya masalah persepsi, di mana ada anggota
organisasi yang kurang/tidak memahami suatu kebijakan sehingga terkadang
ditemukan pola tindakan yang berbeda.
4. Pembelajaran
Proses belajar bagi individu merupakan proses yang tiada henti dan
berlangsung selamanya, oleh karena itu definisi belajar yang lebih akurat
adalah segala perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai
hasil dari pengalaman. Perilaku yang diikuti oleh suatu konsekuensi yang
menguntungkan cenderung diulangi; perilaku yang diikuti oleh
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menguntungkan cenderung untuk tidak
diulangi. Konsekuensi dalam terminologi ini, mengarah kepada segala sesuatu
yang dianggap orang menguntungkan (misalnya uang, pujian, promosi, senyuman).
Di lokasi kajian penulis tidak menemukan masalah dibidang ini karena mereka
cenderung dapat melakukan proses pembelajaran dengan baik ditandai dengan
minimalnya pengulangan terhadap kesalahan dan sebagainya.
5. Motivasi
Motivasi merupakan suatu kekuatan yang mendorong untuk melakukan
sesuatu dan menentukan kemampuan mengarahkan perilaku. bertindak (Gibson,
Ivancevich, Donelly, 1996:185). Motivasi yang tinggi akan menyebabkan dorongan
untuk bekerja keras dalam melakukan aktivitas sehingga mereka bekerja dengan
sungguh-sungguh begitu pula sebaliknya dengan motivasi yang rendah mereka akan
malas bekerja sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak optimal.
Di lokasi kajian ditemukan motivasi yang rendah dari anggota organisasi
terlihat dari perilaku mereka yang kurang responsif terhadap pelaksanaan
pekerjaan dan mereka cenderung untuk tidak disiplin.
B. Masalah Di Tingkat Kelompok
1. Komunikasi
Komunikasi harus mencakup pentransferan makna dan pemahaman makna (Stephen
P. Robins, 2001:50). Konsep idela dari proses komuniaksi ini adalah komunikasi
yang efektif, yaitu pesan yang disampaikan komunikator dimengerti oleh
komunikan ditandai dengan respon sesuai dengan yang diinginkan.
Di lokasi kajian banyak ditemukan distorsi-distorsi komunikasi dengan
banyaknya saluran komunikasi yang tersumbat dan tidak sampainya pesan pada
tingkatan paling bawah.
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok untuk mencapai
tujuan. Pengaruh tersebut dapat berasal dari otoritas legal artinya ia memimpin
karena suatu jabatan yang dimilikinya dan pengakuan atas kapasitas dan
kualitasnya dari anggota organisasi.
3. Konflik
Banyak orang beranggapan bahwa konflik berkaitan dengan kinerja kelompok
dan organisasi yang rendah, asumsi ini seringkali salah. Konflik dapat
konstruktif atau destruktif terhadap fungsi dari suatu kelompok atau unit. Jika
konflik itu terlalu kecil atau terlalu besar, kinerja akan terhalang. Tingkat
optimal merupakan suatu keadaan dimana terdapat cukup konflik untuk mencegah
stagnasi, merangsang kreatifitas, melepaskan ketegangan, dan memulai bibit
perubahan, namun tak terlalu banyak sehingga dapat mengacaukan.
Di lokasi kajian ditemukan konflik yang cenderung destruktif, hal tersebut
biasa terjadi ketika ada pergantian pimpinan dengan proses pemilihan. Secara
logis akan timbul kelompok yang kecewa di mana jago mereka tidak terpilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar